Kamis, 24 Mei 2012

Cara Membuat Cover CD/DVD Dari PhotoShop

Pertama kita siapkan lembar kerja baru dengan cara klik menu file kemudian new. Setelah itu akan muncul jendela new, pada Name buat lah nama Cover CD. Untuk ukuran kita tentukan sendiri tetapi sebelumnya rubah satuan ukurnya menjadi centimeter(cm) pada Width dan Height sedangkan pada Resolution kita buat menjadi Pixels/cm dan Resolution buat lah 100. Kemudian pada contents pilih transparan, apabila sudah selesai kita atur lalu klik OK.

Kemudian pada Tool Box ganti
Rectangular Marquee Tool menjadi Elliptical Marquee Tool, kemudian buat lah seleksi lingkaran pada lembar kerja, lalu klik pada Set Foreground Color tentukan warnanya dulu. Untuk memasukkan warna pada seleksi lingkaran itu tekan Shift+Backspace hingga menjadi gambar seperti dibawah ini















Kemudian hilangkan seleksi dengan cara menekan tombol Crtl+D. setelah itu carilah gambar mana yang akan di jadikan Cover dengan cara klik menu File kemudian Open, nih contoh gambarnya
Setelah gambar dibuka klik menu edit kemudian pilih Define Pattern lalu beri nama gambar tersebut, setelah diberi nama tutup gambar tersebut. Kembali pada lembar kerja kita, kemudian panggil seleksi pada layer lingkaran yang kita buat tadi dengan cara tekan tombol Ctrl+klik layer lingkaran, lalu pilih Menu Layer kemudian pilih Layer Style kemudian pilih Pattern Overlay, maka akan muncul tampilan Pattern Overlay seperti ini
Pada kotak Pettern Overlay klik tanda panah kecilnya kemudian akan tampil beberapa gambar termasuk gambar yang anda inginkan tadi. pilih gambar anda tadi kemudian aturlah Scalenya kalau sudah silahkan klik OK.
Kemudian hilangkan seleksi pada layer, lalu untuk membuat lingkaran di tengah gambar CD tadi seperti gambar dibawah kita aktifkan Ruler dengan cara tekan tombol Ctrl+R, setelah itu klik tahan pada Ruler tadi tarik sampai ketengah gambar, setelah itu anda buat lagi seleksi menggunakan Elliptical Marquee Tool tekan tombol Alt+shift lalu klik tahan dari tengah pertemuan garis yang anda tarik tadi, lalu pilih Set Background Color warna putih tekan Ctrl+Backspace, truz jadi deh cover CD anda. selamat mencoba

Selasa, 22 Mei 2012

BUDIDAYA TANAMAN GAHARU


BUDIDAYA TANAMAN GAHARU
DENGAN MODEL ROTASI DAN MULTIPLE CROPING
DENGAN TANAMAN SELA
Oleh : Dr. Ir. Listyanto, MSc *)
A.   Tujuan.
Tanaman gaharu tidak memerlukan suatu persyaratan tumbuh yang istimewa. Tanaman yang berasal dari hutan tropis ini tumbuh subur di daerah lahan tropis. Saat pohon gaharu berumur sekitar 5-8 tahun, pohon yang tumbuh seperti pohon hutan alam itu perlu disuntik dengan obat pemuncul getah. Panen dengan produksi optimal pada umur 10 tahun.
Selain dapat tumbuh di kawasan hutan, pohon gaharu juga dapat tumbuh di pekarangan warga. Karena itu sebenarnya warga memiliki banyak kesempatan untuk menanam pohon yang menghasilkan getah wangi ini. Beberapa jenis tumbuhan berpotensi untuk memproduksi gaharu sudah dieksplorasi. Jenis tumbuhan itu meliputi Aquilaria sppAetoxylon sympetallumGyrinops, dan Gonsystylus.
Berbagai jenis tumbuhan itu tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua. Tetapi, keberadaannya sekarang mulai langka.
Gaharu (Aquilaria Malaccensis)  mulai berproduksi  pada umur  5 tahun yaitu mulai dirangsang dengan dilukai dan diberi zat perangsang tumbuh getah. Budidaya gaharu yang diambil adalah mulai dari kayu, cabang dan paling utama adalah getahnya.
Teknik budi daya gaharu dengan cara penginfeksian jamur pembentuk gaharu ke dalam batang pohon potensial. Isolat jamur penginfeksi atau pembentuk gaharu sudah dieksplorasi Balitbang Kehutanan dengan hasil diperoleh dari genusFusarium dan Cylindrocarpon.
Saat ini diperoleh dari genus Fusarium sebanyak 23 isolat jamur. Empat isolat jamurFusarium paling cepat menginfeksi kayu berpotensi menjadi gaharu
Banyaknya getah yang dihasilkan dari pohon gaharu tergantung dari masa tanam dan panen pohon tersebut. Misalnya untuk usia tanam selama 9 sampai 10 tahun, setiap batang pohon mampu menghasilkan sekitar 2 kilogram Gaharu itu sendiri sebagai hasil persenyawaan enzim jamur tertentu yang menginfeksi kayu jenis tertentu pula. Persenyawaan itu menghasilkan damar wangi yang kemudian dikenal sebagai gaharu.
Kayu yang mengandung damar wangi atau gaharu kategori paling bagus atau kelas super mencapai harga Rp 50 juta per kilogram. Melalui metode penyulingan, gaharu umumnya dimanfaatkan sebagai pewangi.
Selama ini gaharu alam yang paling bagus disebut gaharu super yang berwarna hitam pekat, padat, keras, mengilap, dan beraroma kuat khas gaharu. Gaharu super tidak menampakkan serat kayunya. Bentuknya seperti bongkahan yang di dalamnya tidak berlubang.
”Klasifikasi mutu gaharu ditetapkan ada enam, berturut-turut dari yang paling bagus, yaitu kelas super, tanggung, kacangan, teri, kemedangan, dan cincangan,” kata Sulistyo.
Kelas cincangan merupakan potongan kecil-kecil dari kayu yang terinfeksi menjadi gaharu. Meskipun tidak berwarna kehitaman atau tidak mengandung getah gaharu, kelas cincangan masih menunjukkan aroma khasnya. Biasanya, gaharu ini digunakan untuk pembuatan dupa atau hio.
Dalam proses produksi gaharu buatan, yang sangat penting dikuasai adalah proses pembenihan, persemaian, penanaman, dan pemeliharaan pohon-pohon berpotensi
Melihat adalah hutan- hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat, kebanyakan berada di atas tanah milik atau tanah adat meskipun ada pula yang berada di atas tanah Negara atau kawasan hutan negara.  Program Hutan Tanaman Rakyat juga menjawab adanya kesenjangan antara peningkatan kesejahteraan gaharu dan memperoleh keuntungan dari pohon yang menghasilkan produk bernilai tinggi.
Ada 3  prinsip penyelenggaraan Tanaman Gaharu, yaitu:
1.   Masyarakat mengorganisasikan dirinya berdasarkan kebutuhan, pembangunan tanaman gaharu  yang berkesinambungan. Pada lahan tersebut dengan memanfaatkan seoptimal mungkin  waktu yang ada dengan sistem  multiple cropping.
2.   Multiple cropping yaitu memanfaatkan lahan sewaktu tanaman utama (gaharu masih kecil) dengan ditanamai kedelai. Fungsi tanaman kedelai selain menghasilkan juga sebagai pengurangai biaya pengendalian gulma, juga menyuburkan tanah.
3.   setelah tahun ke 3, diantara tanaman gaharu dapat dibudidayakan tanaman yang tidak membutuhkan sinar matahari seperti rempah-rempah (jahe, kencur, temulawak, dll)
Sasaran program Tanaman Gaharu dengan Multicroping
Tanaman Gaharu merupakan tanaman elite artinya untuk menghasilkan produk yang diharapkan memerlukan biaya yang sangat mahal. Biaya mahal tersebut karena digunakan teknologi inokulasi yang sampai saat ini masih mahal. Rata-rata biaya per tanaman dapat mencapai antara Rp. 300.000,- sampai Rp 600.000,- per pohon.
Dengan tingginya biaya tersebut maka sasaran program tanaman gaharu adalah:
1.    Jumlah sedikit,  atau di bawah 100 pohon dapat menyatu dengan tanaman pekarangan. Maka sasaran budidaya dapat ke seluruh petani yang ada.
2.    Jika berbentuk kawasan, maka sasaran dapat berupa sekelompok petani. Sehingga biaya yang digunakan dapat ditanggung oleh  pemiliknya dengan demikian dapat membentuk kawasan cukup luas.
3.    Jika dilakukan secara perkebunan khusus, maka diperlukan pengusaha Kawasan hutan produksi yang tidak produktif, tidak dibebani hak/izin, letaknya diutamakan dekat dengan industri hasil hutan dan telah ditetapkan pencadangannnya sebagai lokasi Hutan Tanaman Rakyat atau hutan reboisasi.
4.    Kegiatan yang menjadi sasaran program adalah terwujudnya kawasan hutan Gaharu yang dapat dilakukan sebagai kawasan hutan produktif.
5.    Sebagai tempat atau kawasan percontohan untuk masayarakat sekitar program dalam budidaya tanaman hutan yang produktif.

B.   Model / Pola  Budidaya Tanaman Gaharu  system Rotasi dan Multiple cropping.
Pada kegiatan budidaya tanaman gaharu, dapat dilakukan pada lahan sedikit di pekarangan atau di lahan luas dalam bentuk perkebunan, misalnya: luas antara 8 sampai 15 hektar. Areal tersebut dikelola dengan menanam tanaman hutan yang diharapkan dapat dimanfaatkan untuk produksi yang menjanjikan
Namun selama menunggu waktu sampai produksi, masayrakat perku ada penyangga kebutuhan pangan dan menambah pendapatan selama pertumbuhan tanaman hutan maka diantara tanaman hutan dibudidayakan tanaman pangan yang berfungsi sebagai tanaman sela.
Model atau pola tanam yang direncanakan/ diharapkan adalah pola tanam yang berkesinambungan. Artinya  dalam luasan areal yang diberikan penanaman tanaman gaharu dilakukan secara periodik tertentu, dengan demikian panen tanaman gaharu dapat dilakukan secara periodik juga. Hal tersebut berkelanjutan dari tahun ke tahun sehingga penanaman dan panenan  terus berlangsung.
Model di atas hanya salah satu dari model yang digunakan untuk pengembangan yang berkelanjutan.  Penentuan Model/ Pola tanam budidaya rotary dan multiple cropping:
Beberapa hal yang mempengaruhi untuk budidaya gaharu dengan system rotasin dan multiple cropping ini adalah:
1.    Umur tanaman gaharu yang rencananya di panen
2.    Jarak tanam yang dilakukan  untuk tanaman gaharu.
3.    Luasan lahan yang di olah.

Contoh 1.
Usaha gaharu dalam luasan besar misalnya  120 ha, dengan menanam tanaman gaharu yang dapat dipanen dalam waktu 10 tahun. Dia berkeinginan  menanam setiap tahun maka luas lahan per tahun adalah 120/10 ha atau 12 ha. Model atau Pola tanam yang dibuat adalah
Tahun 1 = 12 ha; tahun 2 = 12 ha, tahun 3 = 12 ha..... tahun 8 = 12 ha. Untuk tahun ke 9 dilakukan panen 12 ha dan  untuk tahun ke 10 tanam 12 ha dan panen 12  ha, dst ...

Dapat digambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas bahwa penanaman dilakukan setiap tahun sedangkan panen dilakukan setiap tahun mulai tahun ke 10 sampai seterusnya.


A.   Tanaman Sela Sebagai Pendukung Tanaman Hutan
Pada budidaya di tanaman Gaharu selain tanaman utama yaitu tanaman gaharu termasuk tanaman keras, dalam pelaksanaannya dilakukan dengan sistem tumpang sari.
Sebagai tanaman sela untuk tahun pertama, kedua dan ketiga adalah tanaman kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai, kacang hijau). Tanaman sela dilakukan pada tanaman hutan semenjak pengolahan sampai pada tanaman hutan berumur 3 tahun setelah tanam. Untuk tanaman sela disarankan tanaman yang mempunyai beberapa kriteria diantaranya:  (a) Tanaman pangan atau hortikultura yang menghasilkan dan berharga. (b) Dapat berdampingan dengan tanaman hutan dalam hal ini sebagai tanaman utama,  Sedangkan pada tahun ke 4 sampaui pada tahun ke 9 dapat dilakukan dengan menanam tanaman rempah (jahe, kencur, temulawak, dll).
Tujuan dari pemberian tanaman sela tersebut adalah:
1.    Memberikan pendapatan bagi masyarakat yang mengelola tanaman tersebut untuk mendapatkan hasil dari tanaman sela selama menunggu hasil panen tanaman gaharu.

2.    Menjaga dan memelihara tanah dari kerusakan..
Dengan menanam di lahan antara tanaman hutan yang masih kecil maka tanah tertutup tanaman sela sehingga dari erosi, kerusakan dan lain-lain dapat ditanggulangi.
3.    Disamping itu, perawatan yang diberikan pada tanaman sela dapat sekaligus merawat tanaman hutan.

Sesuai dengan tujuan penggunaan tanaman sela  tersebut di atas maka tanaman sela dilakukan  minimal 1 kali dalam satu tahun. Dan akan lebih baik jika dilakukan 2 kali dalam satu tahun untuk mengurangi kerusakan lahan akibat tidak digunakan. Namun untuk daerah kering dimungkinkan hanya sekali dalam setahun.

B.   Budidaya Tumpangsari antara Tanaman Gaharu dan Tanaman Kedelai (kacang-kacangan).
1.    Penentuan Model/ pola tanam.
Bedasarkan luas lahan yang digarap dan jenis tanaman maka ditentukan  model / pola tanam yang akan digunakan ( lihat di atas), yang perlu diperhatikan dalam penentuan model / pola tanam adalah:
-       Penentuan komodite yang akan ditanam  (umur), nilai tanaman, tujuan kegunaan.
-       Pembagian luas lahan per tahun (lihat contoh ) untuk menghitung luas lahan).
2.    Persiapan lahan.
Lahan yang digunakan untuk hutan tanaman rakyat bermacam-macam. Ada lahan yang berasal dari semak belukar, tegalan, ladang, hutan skundair, tanah kritis, lahan tidur, dan lain sebagainya. Sebagian besar merupakan lahan yang kurang subur. Sebab pada umumnya lahan yang subur sudah digunakan sebagai lahan pertanian. Untuk mempersiapkan lahan tersebut dilakukan pembersihan (land clearing). Jenis lahan dengan kondisi yang berbeda maka land clearing pun berbeda-beda.
3.    Persiapan sarana dan prasarana Budidaya.
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk kegiatan Budidaya Hutan Tanaman Rakyat adalah:
Peralatan:
Peralatan pertanian  disesuaikan dengan obyek lahan yang digarap, baik untuk persiapan maupun peralatan selama perawatan tanaman gaharu dan tanaman pangan sebagai tanaman sela (kedelai)
Bahan:
a)    Bibit tanaman gaharu dan benih tanaman pangan.
Terdapat beberapa bibit yang dipersiapkan dalam budidaya tanaman rakyat yaitu:
-       Bibit tananam gaharu, dalam hal ini tergantung dari tanaman yang dipilih sesuai jenis tanaman. Pilihlah bibit yang sehat, dan mempunyai pertumbuhan lurus, tidak patah dan lain-lain.
-       Benih tanaman sela (kedelai dan rempah-rempah)

b)    Pupuk.
Pada umumnya lahan yang digunakan untuk Hutan Tanaman Rakyat bukan merupakan tanaman subur, namun berasal dari lahan tidur, lahan hutan sekunder, ladang, tegalan, pekarangan, dll.
Untuk itu, perlu adanya cara yang tepat pemberian bahan untuk pembenahan lahan yang dapat meningkatkan kesuburan di lahan.  Sesuai permasalahan tersebut maka penggunaan pupuk hayati Bio P 2000 Z merupakan pemecahan yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Pupuk lainnya seperti Urea, Phospat, KCl masih diperlukan sebagai bahan unsur hara yang mempunyai kandungan N, P dan K  tersedia cukup banyak.
Karena Hutan Tanaman Rakyat berbentuk budidaya tumpang sari antara tanaman hutan dan tanaman pangan sebagai tanaman sela maka jadwal dan dosisi pemupukan dilakukan pada tanaman sela.
c)    Pestisida
Penggunaan pestisida disesuaikan dengan serangan hama yang ada. Prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) harus diterapkan untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian alam.

4.    Teknik Budidaya.
Teknik budidaya yang diuraikan di sini adalah teknik budidaya di  tanaman gaharu dengan sistem tumpang sari dengan tanaman pangan.  Pada tahun  pertama dilakukan penanaman hutan dan penanaman tanaman sela. Sesuai dengan kondisi cuaca di lokasi budidaya tanaman, jika dimungkinkan  sebaiknya tanaman pangan dilakukan 2 kali dalam satu tahun.
a.    Pembibitan Tanaman Gaharu.
Pembibitan tanaman hutan dilakukan oleh para penyedia bibit. Teknik pembibitan tanaman bermacam-macam, pembibitan dengan teknik sederhana sampai pada teknik kultur jaringan. Demikian pula masing-masing tanaman mempunyai teknik pembibitan yang berlainan.

b.    Penanaman Tanaman Gaharu.
Budidaya hutan tanaman rakyat menggunakan sistem tumpang sari. Agar penanaman dapat berhasil dengan baik antara tanaman hutan dan tanaman pangan membutuhkan tanaman pokok yang tertata rapi. Hal ini dapat dilakukan jika jarak tanam tanaman pokok dibuat sama. Untuk mendapatkan jarak tanam yang sama tersebut maka dibantu dengan sistem pengajiran sebelum dilakukan penggalian untuk tempat tanaman hutan ditanam.
Jarak tanam tergantung dari jenis tanaman akan ditanam.
Komodite tanaman hutan yang diusahakan tergantung dari tujuan dan waktu yang akan dipanen. Beberapa tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman hutan adalah”

c.    Penamanan Tanaman Sela.
Penentuan tanaman sela dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan diantaranya: mempunyai pangsa pasar tinggi, sesuai dengan iklim dan ekologi lingkungan, mudah perawatan, dapat menunjang kebutuhan pangan pemiliknya.

d.    Perawatan.
Perawatan tanaman gaharu dalam budidaya pertumbuhan tidak terlalu sulit. Karena perawatan dilakukan seperti tanaman perkebunan lainnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan gaharu yang paling penting adalah perlakukan untuk menginfeksi gaharu dengan inokulan dengan tujuan agar gaharu mengeluarkan getahnya.

            Teknik Inokulasi Gaharu:
Hal yang paling penting pada budidaya gaharu adalah dapat berproduksi  getah yang banyak dan berkualitas. Untuk memperoleh tersebut perlu dibantu dengan teknik inokulasi pada pohon gaharu tersebut.
            Cara atau teknik inokulasi gaharu adalah sebagai berikut:
a)    Pengadaan isolate: tugas para pemasok isolate.
b)    Produksi inokulan : tugas para pemasok inokulan
c)    Pengadaan alat dan perlengkapan berupa: genset, bor dan mata bor, pipa, air stiril, botol infuse).
d)    Teknik inokulasi: pilih pohon (diameter : 15 up) design lubang bor (spiral bor), tentukan jarak bor, mengebor batang dengan kedalaman 1/3 diameter, masukkan inokulan dan tutup dengan malam. Lakukan proses ini dengan cepat dan stiril.
e)    Observasi : setelah 1 – 2 bulan, amatilah laju infeksi penyakit dengan membuka kulit batang di sekitar lubang pengeboran.
Bila berubah warna dan ada tanda infeksi dan cek telah berbau gaharu maka dapat dinyatakan berhasil.

PROSPEK GAHARU 2012


Gaharu adalah bahan aromatik termahal di dunia. Harga gaharu kualitas baik di tingkat konsumen di pasar internasional, sekitar US $ 5 sd. 15 per gram, (Rp 45.000,- sd. 135.000,-). Sedemikian tingginya nilai produk gaharu, hingga penjualannya menggunakan bobot gram. Bukan ons atau kg. Gaharu adalah bahan parfum, kosmetik dan obat-obatan (farmasi). Parfum diperoleh dari hasil ekstraksi resin dan kayunya. Gaharu sudah dikenal sebagai komoditas penting, semenjak jaman Mesir Kuno. Mumi mesir, selain diberi rempah-rempah (kayumanis, cengkeh), juga diberi cendana dan gaharu. Dalam injil, disebutkan bahwa kain kafan Yesus (Isa Al Masih), diberi Aloe. Istilah ini bukan mengacu ke Aloe vera (lidah buaya), melainkan kayu gaharu

Itulah sebabnya kayu gaharu juga disebut sebagai aloeswood (kayu aloe). Nama dagang lainnya adalah agarwood, heartwood, dan eaglewood. Di pasar internasional, gaharu murni diperdagangkan dalam bentuk kayu, serbuk dan minyak (parfum). Kayu gaharu bisa dijadikan bahan kerajinan bernilai sangat tinggi, atau untuk peralatan upacara keagamaan. Serbuk gaharu digunakan untuk dupa/ratus, dan minyaknya merupakan parfum kelas atas. Serbuk gaharu sebagai dupa akan dibakar langsung dalam ritual keagamaan. Baik Hindu, Budha, Konghucu, Thao, Shinto, Islam dan Katolik. Kayu gaharu disebut sebagai kayu para dewa. Aroma gaharu karenanya dipercaya mampu menyucikan altar dan peralatan peribadatan lainnya.

Selain itu dupa gaharu juga dimanfaatkan untuk mengharumkan ruangan, rambut dan pakaian para bangsawan. Aroma gaharu akan digunakan sebagai aromaterapi di spa-spa kelas atas. Selain untuk ritual keagamaan, parfum dan kosmetik, produk gaharu juga sering dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistik. Baik pemanfaatannya, terlebih lagi proses pencariannya dari alam. Pengambilan gaharu dari hutan, memang selalu dilakukan secara tradisional, dengan berbagai ritual dan kebiasaan setempat. Pencarian gaharu di lokasi sulit, harus menggunakan pesawat terbang atau helikopter. Beberapa kali pesawat terbang dan heli pencari gaharu, hilang di hutan belantara di Kalimantan, hingga memperkuat kesan mistis produk gaharu.

# # #

Gaharu adalah getah (resin, gubal) dari pohon genus Aquilaria, yang tumbuh di hutan belantara India, Asia Tenggara (termasuk Indonesia) dan Cina Selatan. Sampai saat ini, Indonesia masih merupakan pemasok produk gaharu terbesar di dunia. Meskipun populasi tumbuhan Aquilaria cukup besar, namun tidak semua pohon menghasilkan gaharu. Sebab resin itu baru akan keluar, kalau tanaman terinfeksi oleh kapang (fungus) Phialophora parasitica. Akibat infeksi, tanaman mengeluarkan getah yang aromanya sangat harum. Getah ini akan menggumpal di dalam batang kayu. Para pencari gaharu menyebut kayu dengan resin ini sebagai gubal. Tanaman Aquilaria yang tidak terinfeksi Phialophora parasitica, tidak akan beraroma harum.

Genus Aquilaria terdiri dari 22 spesies: A. (Aquilaria) agallocha; A. apiculata; A. baillonii; A. banaensis; A. beccariana; A. brachyantha; A. citrinicarpa; A. crassna; A. cumingiana; A. filaria; A.grandiflora; A. hirta; A. malaccensis; A. microcarpa; A. ophispermum; A. parvifolia; A. pentandra; A. rostrata; A. sinensis; A. subintegra; A. urdanetensis; A. yunnanensis. Dari 22 spesies itu, yang bisa terinfeksi kapang Phialophora parasitica hanya ada delapan spesies yakni: A. agallocha; A. crassna; A. grandiflora; A. malaccensis; A. ophispermum; A. pentandra; A. sinensis; dan Aquilaria yunnanensis. Dari delapan spesies itu, yang paling potensial menghasilkan gaharu adalah A. malaccensis dan A. agallocha.

Gaharu yang sekarang beredar di pasaran, semuanya berasal dari perburuan dari hutan. Para pencari gaharu, kadang-kadang tidak membedakan, mana kayu yang ada gubalnya, dan mana yang tidak. Hingga semua pohon Aquilaria yang dijumpai akan ditebang. Akibatnya, populasi kayu Aquilaria terus terkikis dan makin langka. Dalam pertemuan ke 13 Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES CoP 13) di Bangkok, Thailand, 2 -14 Oktober 2004, genus Aquilaria telah dimasukkan dalam apendik II. Hingga pengambilan gaharu dari alam, sebenarnya dilarang. Tetapi karena tingginya nilai gaharu, maka pencarian gaharu dari hutan terus berlangsung tanpa bisa dicegah.

Genus Aquilaria adalah pohon dengan tinggi mencapai 20 m dan diameter batang 60 cm, yang tumbuh di hutan hujan tropika basah, mulai dari ketinggian 0 sampai dengan 1.000 m. dpl. Aquilaria bisa hidup pada berbagai jenis tanah. Mulai dari tanah humus, berpasir, lempung, berkapur, sampai berbatu-batu. Gaharu termasuk tanaman yang tahan kekeringan, dan juga tahan hidup di bawah naungan. Tanaman yang masih muda, memang memerlukan banyak air, dan naungan. Biasanya Aquilaria tumbuh di bawah tajuk palem atau pakis-pakisan. Aquilaria berkembangbiak dari biji. Buah Aquilaria berupa polong yang keras, dengan panjang antara 2,5 sd. 3 cm. Biji mudah dikecambahkan di tempat yang lembap dan hangat, tetapi terlindung dari panas matahari.

# # #

Dalam kondisi optimum, pohon Aquilaria akan mampu tumbuh dengan sangat pesat. Yang dimaksud dengan kondisi optimum adalah, suhu udara, kelembapan, sinar matahari, air dan unsur haranya cukup. Meskipun Aquilaria tahan hidup di berbagai macam tanah, tetapi dia akan tumbuh optimal di tanah humus yang subur, dengan topsoil cukup tebal. Tidak semua Aquilaria yang tumbuh di hutan merupakah penghasil gaharu. Produk gaharu, baru akan terjadi, apabila kayu Aquilaria terinfeksi oleh kapang Phialophora parasitica. Tumbuhan Aquilaria yang tidak terinfeksi kapang Phialophora parasitica, hanya akan menjadi kayu biasa yang sama sekali tidak harum. Beda dengan cendana (Sandal Wood, Santalum album), yang kayunya memang sudah harum.

Untuk mempertahankan diri, tumbuhan Aquilaria yang sudah terinfeksi kapang Phialophora parasitica akan menghasilkan getah resin (jawa: blendok). Resin ini akan menggumpal dan membentuk gubal. Proses pembentukan gubal berlangsung sangat lambat. Bisa puluhan bahkan ratusan tahun. Resin dan bagian kayu yang terinfeksi inilah yang akan menghasilkan aroma harum yang tidak ada duanya di dunia. Aroma gaharu ini sedemikian khasnya hingga hampir tidak mungkin disintetis. Pembuatan gaharu sintetis, hasilnya akan lebih mahal dibanding dengan gaharu alam. Proses pembentukan gubal berlangsung sangat lama, juga merupakan salah satu penyebab tingginya produk gaharu. 

Kapang genus Phialophora terdiri dari delapan spesies aktif: Phialophora americana, Phialophora bubakii, Phialophora europaea, Phialophora parasitica, Phialophora reptans, Phialophora repens, Phialophora richardsiae, dan Phialophora verrucosa. Dari delapan spesies itu, yang berfungsi menginfeksi kayu Aquilaria hanyalah kapang Phialophora parasitica. Spesies lainnya merupakan kapang patogen, yang bisa menginfeksi manusia dan menimbulkan gangguan penyakit. Malaysia dan Indonesia, sudah bisa mengisolasi kapang Phialophora parasitica, untuk diinokulasikan ke pohon Aquilaria.

Di Indonesia, penelitian gaharu antara lain dilakukan oleh Balitbang Botani/LIPI, Badan Litbang Departemen Kehutanan dan Universitas Mataram di Mataram, Lombok. Universitas Mataram, malahan sudah melakukan ujicoba penanaman gaharu, dan menginfeksinya dengan kapang Phialophora parasitica. Sayangnya, tanaman yang belum membentuk gubal itu sudah dicuri orang. Para pencuri ini beranggapan, bahwa kayu gaharu sama dengan cendana. Padahal cendana pun memerlukan waktu paling sedikit 30 tahun agar meghasilkan kayu dengan tingkat keharuman prima. Gaharu yang sudah terinfeksi ini, masih memerlukan waktu puluhan tahun agar gubalnya bisa dipanen.

# # #

Mengingat tingginya nilai gaharu, dan juga kelangkaannya, maka budidaya gaharu sudah semakin mendesak. Membuat hutan Aquilaria, bisa dilakukan dengan mudah. Sebab tumbuhan genus ini relatif mudah dikembangbiakkan dan toleran dengan lokasi tumbuh yang sangat ekstrim sekalipun. Mengisolasi kapang Phialophora parasitica juga sudah bisa dilakukan di laboratorium Universitas Mataram. Menginfeksi tumbuhan Aquilaria dengan kapang Phialophora parasitica juga sudah berhasil diketemukan metodenya. Yang menjadi masalah, untuk mengembangkannya dalam skala komersial, diperlukan jangka waktu lama. Gaharu kualitas baik, baru akan terbentuk setelah proses selama puluhan bahkan ratusan tahun.

Para pemilik modal, akan berpikir ulang kalau investasinya baru akan kembali pada puluhan bahkan ratusan tahun yang akan datang. Para pejabat di lingkup pemerintah daerah pun, juga akan menolak untuk merancang proyek yang tingkat keberhasilannya baru akan bisa diukur puluhan bahkan ratusan tahun kemudian. Belum lagi gangguan masyarakat yang tidak terlalu tahu tentang gaharu. Mereka menganggap bahwa tanaman Aquilaria yang sudah diinfeksi kapang Phialophora parasitica, akan segera bisa ditebang untuk diambil gaharunya. Ketidaktahuan masyarakat ini, juga disebabkan oleh sedikitnya publikasi tentang gaharu. Para wartawan yang mengenal gaharu, jumlahnya juga masih sangat sedikit.

Dalam situasi seperti ini, pencarian gaharu di hutan menjadi satu-satunya alternatif. Di Papua, pencarian gaharu bahkan dilakukan oleh para pengusaha dengan cara yang sangat tidak bermoral. Para pengusaha tahu bahwa masyarakat Papua, sudah kecanduan minuman keras. Hanya dengan disodori beberapa kaleng bir, mereka sudah bersedia untuk mencari gaharu. Apabila gaharu sudah diperoleh, para pengusaha pun menawarkan perempuan kepada penemu gaharu. Perempuan-perempuan malang ini didatangkan dari Jawa, kebanyakan dengan cara ditipu untuk dicarikan pekerjaan yang layak di Freeport atau perusahaan HPH. Setibanya di Papua, mereka hanya dijadikan umpan memperoleh gaharu.

###

Teknologi perbanyakan bahan tanaman gaharu telah berhasil melalui melalui teknologi kultur jaringan, seperti yang telah dikembangkan oleh Litbang Departemen Kehutanan. Dalam implementasinya produk tersebut juga sudah mulai disalurkan kepada masyarakat petani di beberapa daerah di beberapa Provinsi di Indonesia.

Rekayasa Inokulasi Jamur
Tanaman berumur 5 tahun memiliki diameter dbh 10 cm, dan siap untuk di inokulasi dengan jamur (Fusarium).
Teknik penyuntikan jamur ke dalam kayu gaharu sehingga menjadi ter-infeksi dan berpeluang kayu gaharu menghasilkan resin setelah 1-3 tahun kemudian.
Resin gaharu yang berkualitas memerlukan penerapan teknologi secara benar dan terkontrol.
Ciri pohon gaharu yang produktif dapat dikenali melalui warna atau noda hitam dan aroma harum.


Kualitas kayu gaharu dulu dibedakan menjadi 2 yaitu: 
(a) jenis super (kualitas 1 hingga kualitas 3), dan 
(b) jenis buaya.
Harga komoditas gaharu tahun 2007 tercatat Rp. 500 ribu - 2 juta rupiah per kg. 


###



STANDARD GRADE & HARGA GAHARU AWTC


AGAR SUPAYA PEMBELIAN DAN PENJUALAN HASIL PANEN GAHARU PETANI INDONESIA DAPAT TER STANDARISASI, BAIK DARI SEGI MUTU MAUPUN HARGA, DENGAN INI
“AGARWOOD WORLD TRADING CENTER”  (AWTC)
MELALUI PENGURUS PUSAT
KELOMPOK TANI “GUBAL GAHARU INDONESIA”
MENGELUARKAN STANDARD GRADE UNTUK JUAL BELI GAHARU BAIK U. TINGKAT NASIONAL MAUPUN INTERNATIONAL.

STANDARD GRADE GAHARU

AGARWOOD WORLD TRADING CENTER

AWTC,  Pekanbaru , RIAU – Indonesia Bulan April 2012

GUBAL :

  1. KING SUPER
  2. DOUBLE SUPER

GAHARU :

  1. SUPER
  2. GRADE A
  3. GRADE AB

KEMEDANGAN :

  1. Grade B (atas)
  2. Grade C (B bawah)
  3. Grade  D  (kacangan)
  4. Grade E Teri
  5. Grade Cincang teri minyak
  6. Grade Kemedangan Bawah 1
  7. Grade Kemedangan Bawah 2

ABU GAHARU :

  1. ABU SUPER
  2. ABU GRADE  A (CAMPURAN ABU GRADE A/AB)
  3. ABU KEMEDANGAN Campur

Cincang Korek Api

Keterangan detail tentang masing-masing grade/kelas, mengenai :
  1. Warna
  2. Bau/penciuman
  3. Bentuk ukuran dan Contoh Gambar
  4. Kadar minyak
  5. Ciri khusus
  6. Harga beli di tingkat daerah (untuk Seller)
  7. Harga Jual Untuk Tingkat Nasional (untuk Buyer Nasional)
  8. Harga Jual Untuk Tingkat International (untuk Buyer Luar Negeri/International)
  9. Dll yang lebih Specifik.
OTOMATIS AKAN DI KIRIMKAN KE EMAIL ANDA, BILA ANDA TELAH BERGABUNG MENJADI MEMBER RESMI  DI PASAR AWTC. BAIK SEBAGAI SELLER ATAU PUN SEBAGAI BUYER.
Dapatkan perkembangan harga jual gaharu secara periodik, untuk anda yang telah terdaftar sebagai SELLER dan BUYER resmi AWTC.
STOCK POHON DENGAN DIAMETER DIATAS 60 cm, DAN USIA POHON DIATAS 30 TAHUN
STOCK POHON GAHARU DENGAN DIAMETER BATANG DI ATAS 60 cm, PADA KELOMPOK TANI GUBAL GAHARU INDONESIA ADA SEBANYAK KURANG LEBIH 30.000,- BATANG. YANG DALAM PROSES UNTUK BISA DIPANEN DALAM RENTANG WAKTU 1TAHUN HINGGA 9 TAHUN KE DEPAN.