Jumat, 21 Mei 2010

Hampir 100.000 Hektar Teritori Harimau Rusak

meogHampir 100.000 hektar areal hutan produksi yang menjadi habitat harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, telah dirusak perambah dan pembalak liar. Inilah yang menyebabkan maraknya konflik antara harimau dan manusia dalam dua bulan terakhir.
Ekosistem harimau itu adalah hutan produksi hak pemanfaatan hutan Putra Duta seluas 35.000 hektar, dan eks HPH Rimba Karya Indah (RKI) sekitar 50.000 hektar. Hanya tempat itulah yang masih cocok untuk harimau mencari makanan dan berkembang biak karena wilayah hutan di sekitarnya telah menjadi hutan tanaman industri (HTI) dan perkebunan sawit.
Taman Nasional Berbak yang tak jauh dari situ juga kurang memungkinkan menjadi hunian harimau karena kondisinya yang penuh dengan rawa.
“Hunian harimau hanya tinggal hutan produksi, namun juga sudah rusak karena marak perambahan dan pembalakan oleh manusia. Sedangkan kalau harimau mau pindah, tidak bisa karena mereka telah dikepung HTI dan perkebunan sawit. Sehingga, harimau terjepit di sekitar hutan produksi itu,” tutur Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jambi Didy Wurjanto, Senin (9/3).
Didy memastikan bahwa meningkatnya konflik antara harimau dan manusia yang mengakibatkan sembilan manusia tewas diterkam selama sebulan terakhir, disebabkan perusakan hutan oleh ulah manusia sendiri.
Kasubdin Perencanaan Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Daru Pratomo mengatakan, areal eks HPH RKI dan HPH Putra Duta memang paling rawan dirambah dan dibalak. Pasalnya tidak ada penjagaan yang ketat di kedua lokasi tersebut.
Izin HPH untuk PT RKI telah dicabut tiga tahun lalu. Saat ini, ada dua perusahaan yang sedang mengajukan pemanfaatan hutan produksi setempat menjadi hutan tanaman industri (HTI), yaitu PT Pesona Belantara dan PT Rimbun Persada. Sedangkan Putra Duta yang masih mengantongi izin HPH, tidak dimanfaatkan hutan seluas 35.000 hektar itu hingga kini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar